Suatu hari, pipa air suami saya pecah. Itu sebabnya saya berkonsultasi dengan mantan rekan suami saya, Pak Sanada, yang kini mengelola supermarket. Ini pertama kalinya aku bertemu dengannya. Tapi dia dengan sopan mengoreksi saya. “Tapi jauh di lubuk hatinya dia sangat marah pada suaminya. – Dia menyerangku seolah-olah aku menghancurkan perasaannya. – Dia meraih bibirnya dengan paksa dan mendorong lidahnya ke dalam mulutnya. – Dari bibirku... lidahku... Meski aku merasa bersalah pada pria yang kucintai, ternyata dia sulit untuk dilupakan.